GUNUNGKIDUL – Petir (kilat) terabadikan di dalam sebuah nyanyian berpola pantun. Masyarakat Maluku, terutama muda-mudi, suka mendendangkannya, karena lagu tersebut terbilang manis dan keren.
“Waktu hujan sore-sore,
kilat sambar pohon kenari.
E jajaro deng monggare,
mari dansa dan menari,” demikian sepucuk tembang berpola pantun yang terkenal itu.
Ada yang lebih lembut, bertajuk Petir-Petir, dirangkai dalam lagu jenis keroncong. Suasana hati berkisah soal asmara.
“Meskipun hujan, petir-petir berbunyi, tidak saya melupakan janji. Angin deras gemuruh di sana dan di sini, tidaklah urung saya datang kemari. Kekasihku di manakah kamu, tegalah sungguh kamu meninggalkan aku,” demikian Mus Mulyadi melantunkannya dengan suara khas.