Namun kampus ini, lanjut Direktur Amandus, masih membutuhkan banyak bantuan. Meskipun tahun ini kampus tersebut telah berhasil meningkatkan programnya dari D2 menjadi D4 atau sarjana terapan, dirinya mengakui bahwa kampusnya masih terkendala infrastruktur. “Area kampus ini masih blank spot, tidak ada sinyal selullar sama sekali. Mahasiswa kesulitan untuk mengakses informasi melalui internet. Listrik dan air juga sangat terbatas” ujarnya.
“Satu-satunya kampus garam di Indonesia ini masih membutuhkan bantuan kita semua untuk menjadikannya kampus yang paten dan kelak akan menghasilkan SDM paten untuk mengelola kekayaan alam, potensi garam, tidak hanya untuk Nagekeo, NTT dan Indonesia, tapi juga untuk dunia,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Non Konvensional Kemenko Kemaritiman Fatma Puspita Sari mengungkapkan bahwa memang sangat diperlukan peningkatan kualitas SDM secara simultan di Provinsi NTT ini, mengingat Provinsi NTT merupakan Provinsi Garam.