“Live museum ini sangat penting dibangun selain sebagai langkah pelestarian warisan leluhur juga sebagai bagian untuk pendidikan dalam bidang mata air serta benda bersejarah seperti relief yang ditulis pada zaman batu,” jelasnya.
Sedangkan keberadaan mata air di Pesaban juga memiliki nilai sejarah dan budaya karena mata air secara turun temurun sejak dahulu kala untuk kegiatan ritual mulai dari memandikan jenazah, upacara Ngaben serta untuk kegiatan menyucikan pretima.
“Sampai saat ini, ada sekitar 16 mata air kondisinya hampir 80 persen tidak terpelihara dengan baik, untuk itu sangat perlu untuk dikonservasi atau dilestarikan keberadaannya,seperti misalnya keberadaan mata air pangkung atau nila paksi. Mata air yang sebelumnya beradab abad tercemar dari kepungan sampah ini merupakan mata air sakral untuk memandikan jenazah hal ini yang mendasari kami merancang living museum, ” kata pria yang juga Pemimpin Redaksi Media Online balipuspanews.com.