Reaktualisasi Budaya melalui Kebaya

oleh -1.050 views
Perempuan Berkebaya meyakini, budaya sebagai representasi hidup masyarakat yang menyimpan karakter, simbolisme, serta pandangan hidup masyarakat.
Latar Belakang

Komunitas Perempuan Berkebaya (PB) digagas oleh Kristin Samah, Rahmi Hidayati, Tuti Marlina dan Lia Nathalia pada tanggal 4 Desember 2014 di Jakarta. Nama Perempuan Berkebaya dipilih setelah para penggagas berembuk untuk menentukan nama komunitas. Pada awalnya muncul usulan Perempuan Berkebaya oleh Kristin Samah, Gaya-gaya Kebaya oleh Rahmi Hidayati, Kebaya Indonesia oleh Tuti Marlina dan Kebaya Nusantara oleh Lia Nathalia. Setelah keempat penggagas berembuk, maka disepakatilah nama Perempuan Berkebaya dengan pertimbangan lebih ear-catching dan belum ada komunitas manapun yang menggunakan nama Perempuan Berkebaya sebelumnya

Anggota PB adalah siapa saja yang peduli dengan kebaya sebagai busana nasional identitas bangsa dan mau bergerak bersama-sama untuk melestarikannya. Pada perkembangannya, anggota komunitas PB tidak hanya di Jakarta, tapi juga telah menular ke daerah-daerah lain, seperti PB Bogor, PB Ambarawa, PB Yogyakarta dan PB Bali.

Tahun ini adalah ulang tahun ke-5 Perempuan Berkebaya. Dengan menggelar acara syukuran di Museum Kebangkitan Nasional – Jakarta Pusat, PB berharap semoga gerakan sosial ini menjadi pengingat bagi para perempuan Indonesia agar kembali berbusana kebaya sebagai busana nasional identitas bangsa sebagaimana ibu atau nenek kita dahulu. (IWO/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.