Seperti dikatakan oleh Kuncoro, sebagai seorang dalang, sosok Ki Seno Nugroho sangat unik di mata para personal Heniikun Bay. Ki Seno Nugroho memiliki kemampuan untuk menyesuaikan cerita yang akan dipentaskan, sarat dengan pesan, disampaikan secara fleksibel dan tidak monoton. Dalam dunia seni wayang, Ki Seno Nugroho tidak mengutamakan satu pedoman (gagrak / gaya pertunjukan wayang) dari suatu daerah, baik gaya Jogja ataupun gaya Solo. Bukan berarti Ki Seno Nugroho tidak menghormati pedoman baku tersebut, tapi Ki Seno Nugroho ingin pertunjukkan Wayang Kulit lebih mudah diterima dan dikenal secara lebih luas, daripada berpegang pada aturan-aturan baku yang membuat seni wayang jadi kurang menarik untuk disaksikan.
Selain itu, pilihan Ki Seno Nugroho dalam mengenalkan posisi Punakawan pun berbeda, biasanya hanya dianggap sebagai pesuruh, bawahan para raja, dan kesatria dalam wayang. Punakawan diangkat sebagai perlambang orang kecil, rakyat jelata yang ternyata memiliki peran penting di balik kesuksesan rencana-rencana besar dalam cerita yang diangkat Ki Seno Nugroho dalam wayang.
Pertunjukan Wayang Kulit yang dibawakan Ki Seno Nugroho sangat mudah dipahami oleh banyak orang, bahkan oleh mereka yang hanya mengerti sedikit mengenai budaya Jawa, sehingga wayang semakin dikenal luas di banyak kalangan. Dalam menampilkan tokoh-tokoh wayang, Ki Seno Nugroho memunculkan personifikasi yang unik, seakan setiap tokoh mempunyai kepribadian masing-masing, meskipun menonton secara tidak langsung, atau hanya dengan mendengarnya saja. Pertunjukkan Ki Seno Nugroho mampu memberikan pertunjukkan yang menghibur, dan sangat dinantikan banyak orang.