Puisi Munajat 212, sebagai ungkapan hati Neno Warisman, adalah teks yang harus dipahami utuh. Apresiant (penikmat) tidak bisa memaknainya denga cara sepenggal-sepenggal. Puisi Munajat 212, karya Neno Warisman, mulai dari judul hingga baris, bahkan kata terakhir, saling berkait. Memenggal sebait, mengeluarkan dari teks keseluruhan, pasti menimbulkan salah tafsir.
Pada rezim Soekarno, penyair Taufiq Ismail banyak menulis puisi berjenis munajat (doa). Pada era Soeharto, WS Rendra banyak menulis puisi jenis balada. Kedua penyair tersebut, mewakili zaman, memprotes diri sendiri, memprotes keadaan negara bernama Inonesia.