Coba renungkan, ketika Anda berlelah-lelah mengunjungi saudara di kampung, tapi mereka tak ada di rumah. Kalau pun ada, sambutannya dingin. Padahal Anda berharap agar mereka menanyakan kabar Anda – sekaligus mobil baru yang sudah Anda bawa.
Anda ingin, agar mereka menegur dan berkata, “wah mobil baru ya?” Atau “hebat, kamu sukses sekarang.”
Atau mungkin begini, “ajak aku dong kalau memang sudah mapan. Mungkin ada proyek apa yang bisa aku kerjakan.”
Itu semua asumsi saya, sebab saya yakin bahwa Anda tidak akan melakukan itu.
Meskipun niatnya silaturahmi, tapi mungkin saja terselip sedikit rasa semacam itu: pamer dan bangga dengan tunggangan baru, perhiasan yang menjuntai sampai melilit lengan baju, dan dering telepon seluler terbaru yang belum pernah ada di berbagai iklan.
Ingat reuni di saat lebaran? Teman sekolah melirik berbagai barang mewah yang Anda bawa dan kenakan.